BAG.04
Warsih muncul di panggung membawa sebuah tampah berisi kue-kue dagangannya. Ia nampak sedang merindu.
Warsih : Baru satu minggu, tapi sudah bertahun rasanya. Sebenarnya, untuk apa kamu melakukannya? Tanpa kalung emas itu, aku tetap bahagia. Walaupun itu janji di dada, kalau kau tetap di sisiku peduli apa. Aku ingat, engkau berjanji padaku pada suatu senja. Dan kuucapkan pula padamu janji yang sama...
Tak ada yang mampu pisahkan kita
Tak akan ada hari tanpa cinta
Tak akan ada hari tanpa bahagia
Tak akan ada tangis dan air mata
Ah, janji yang amat indah kukira. Dan janji itulah yang harus kita jaga...
Seorang pemain masuk panggung, Ia sahabat Warsih
Narti : Warsih…!
Warsih : Eh, Narti. Bikin kaget aja…
Narti :Ngomong sendiri tanpa kawan bicara, itu namanya:gila. Kenapa?
Warsih :Ah, tak apa-apa...
Narti : Ayolah, aku tahu sifatmu. Aku kan sahabatmu
Warsih : Aku...Aku...janji dulu, kau tak akan menggoda
Narti : Kenapa? Katakan saja.
Warsih : Aku... kangen...
Narti : Hualah...ini baru hari ke berapa? Baru satu minggu kukira...
Warsih : Kalau baru satu minggu lalu kenapa? Aku jujur apa adanya. Aku memang kangen padanya. Setiap malam datang menjelma, dan kalau sudah aku rebahkan ini kepala, selalu saja, hanya wajahnya yang membayang di pelupuk mata. Aku jadi teringat semuanya. Dan yang ada, aku jadi pusing kepala, dan nafasku jadi kayak bumi kereta... Wuss... Wusss...
Narti : Hi hi hi...Kalau mau kangen itu mbok ya sama orang yang lebih tertata...a
Warsih : Tertata bagaimana?
Narti : Yang lebih tertata wajahnya...Hi hi hi...
Warsih : Biar saja! Dia hitam dan jelek, itu memang fakta. Mau dibilang apa? Begitulah adanya Warso, suamiku tercinta. Tapi yang penting, hanya aku saja yang ia cinta dan aku yakin ia akan tetap setia. Karena itu, aku akan jaga cinta tulusnya. Kan kuberikan cintaku hanya untuknya seorang saja
Narti : Tapi apa kau percaya, dia ke Jakarta itu untuk cari kerja, bukan cari istri kedua?
Warsih : Hus! Jangan sembarangan kalau bicara! Sudah pasti begitu adanya, karena begitu ia bicara! Ia hanya ingin membuatku bahagia. Ia hanya ingin menepati janjinya.
Narti : Ya sudah, aku kan cuma bertanya.
Warsih : Ya boleh-boleh saja kamu bertanya. Tapi asal kamu tahu ya...
Ada sesuatu yang amat berharga
Yang mampu membuatmu bahagia
Apabila kau bisa menjaganya
Dan percayalah, itu tindakan mulia
Narti : Apa? Cinta?
Bertahun sudah ku coba percaya
Tetapi hatiku selalu dilukainya
Tak kan pernah ada lelaki setia
Itu hanya ada dalam buku cerita
Warsih : Jangan begitu, kau cuma belum bertemu dengan jodohmu
Narti : Aku sudah ndak percaya sama soal itu. Yang aku tahu, mereka para lelaki itu, ndak pernah punya madu. Mereka cuma punya empedu!
Warsih : Suatu hari, seorang lelaki baik akan menjadi teman hidupmu!
Narti : Tak perlu...aku sudah tak punya harapan semacam itu
Warsih : Tapi aku selalu berdoa untukmu. Untuk kebahagiaanmu. Semoga kau bertemu lelaki sebaik Warso suamiku.
Narti : Kadang-kadang, jujur saja, aku iri terhadapmu...
Warsih : Tak usah begitu. Kau tak boleh punya pikiran itu
Narti : Iya deh, sahabatku...Tapi aku boleh kan beli kue buatanmu...
Warsih : Tak usah beli. Ini hadiah dariku, agar kau tak sedih seperti itu...
Kue mana yang kamu mau?
Narti : Cucur... Itu kue kesukaanku
Warsih : Yang ini? Hi hi...kue ini sudah berganti nama, sekarang namanya adalah, kue kangmasku...
Narti : Alaahh...terserah kamu!
Mereka tertawa bersama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar