BAG.07
Warsih berjualan kue keliling kampung. Banyak pemuda langsung merubung, gandrung.
Apa boleh buat walaupun berat
Berjualan kue-kue nan lezat
Maka rejeki tentu ku dapat
Berjalan jauh tentulan penat
Untuk apa beristirahat
Keliling kampung cuma sesaat
Maka rejeki tentu ku dapat
Kue lezat kue yang nikmat
Siapa cepat dia yang dapat
Kue lezat kue yang nikmat
Rejeki ngumpul hilanglah penat
Koor : Kalau hanya membeli kue, itu soal biasa
Dapat senyum manismu, itu yang utama
Kalau perlu kue-kuemu kuborong semua
Asal dapatkan janji jalan bersama
Juragan Broto Tiba-Tiba Muncul
Broto :Berkhayal itu memang tak apa-apa
Tapi tak baik jika tidak berkaca
Siapakah orang terkaya di ini desa
Broto namanya, akulah orangnya
Koor para pemuda itu segera membungkuk hormat
Broto :Ada apa ini? Belum jam istirahat, kalian ada di sini? Bagaimana sawahku bisa berisi padi? Ayo semuanya kerja kembali!! Anggap saja seluruh kue dagangan Warsih sudah terbeli!
Semuanya Meninggalkan Broto dan Warsih tanpa berkata-kata
Warsih :Tapi saya tak pernah mengambil hati. Mereka hanya menggoda, itu saya maklumi. Toh mereka memang ingin membeli.
Broto : Tapi aku tak bisa berdiam diri. Apalagi kau itu istri Warso yang dulu bekerja mengurus sawahku juga di desa ini. Dan ia orang yang baik sekali. Sayang, ia tak ingin sekedar menjadi buruh tani.
Warsih : Ya, memang sayang sekali. Aku ditinggalkannya sendiri di sini. Tapi tujuannya ke Jakarta sungguh mulia sekali. Ia ingin menepati ia punya janji.
Broto : Janji? Janji semacam apa yang telah ia beri?
Warsih :Sebelum menikah, ia bilang begini:
Kalau kau mau menjadi istri
Sebuah kalung emas akan kubeli
Dan namamu akan tertulis di sebuah liontin berbentuk hati
Akan kuberi sebagai hadiah ulang tahunmu nanti
Begitulah ia telah berjanji.
Broto : Jadi hanya demi janji sederhana semacam itu ia pergi? Ke Jakarta yang aku tahu sekali tak punya hati. Masih untung kalau ia tak mati berdiri. Memangnya ia pikir di Jakarta itu mudah mencari rejeki. Kecuali ia punya keahlian yang tinggi. Itupun harus didukung keberuntungan yang juga tinggi. Tapi setahuku, suamimu itu tak pernah sekolah sama sekali. Jadi bagaimana ia bisa yakin sekali.
Warsih :Tapi saya berdoa untuknya setiap hari. Dan saya tahu, ia akan kembali untuk menepati janji. Sebuah kalung emas pertanda cinta di hati. Ia memang seorang lelaki sejati...
Broto :Lelaki sejati tak akan pernah meninggalkan seorang istri walaupun hanya sehari. Apalagi hanya perkara janji yang biasa saja bagi diriku ini. Sepuluh kalung emas semacam itu bisa kuberi. Apakah itu bisa berarti, dibandingkan dengan cinta kau punya suami, cintaku sepuluh kali lebih murni?
Warsih :Apa yang juragan Broto maksudkan tadi? Juragan telah merendahkan saya punya suami. Saya minta juragan tidak menghina sesuka hati.
Broto :Aku bukannya menghina kau punya suami. Aku hanya katakan kalau aku bisa saja memberi sepuluh kali lipat dari apa yang suamimu bisa beri. Dan satu hal yang pasti, jika aku jadi dirinya, aku tak akan meninggalkanmu barang sehari. Sayang, wanita secantik dirimu disia-siakan oleh lelaki ...
Warsih :Saya sungguh-sungguh tak mengerti, ke arah mana pembicaraan ini...
Broto :Kalau kau perlu sesuatu untuk kebutuhanmu sehari-hari, kau boleh katakan padaku dan pasti akan langsung kuberi. Juga,...pabila kau butuh....Apapun pasti akan kuberikan juga sepenuh hati...
Warsih : Maaf, saya tak pernah punya niat semacam itu di hati. Saya harus pergi. Permisi...
Broto : Ha ha ha...Jinak-jinak merpati. Suatu hari, engkau pasti kan kumiliki...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar