Minggu, 08 Agustus 2004

Warsih vs Warso Bagian 10

BAG.10

Di setiap tempat, Warso sedang menulis surat

Warso : Warsih, istriku-wangi melati tak sewangi tubuhmu. Kicauan burung, tak semerdu suaramu. Pantai dan hujan tak selembut dirimu. Bening telaga tak sebening matamu. Tak ada wanita semanis kamu. Pendek kata, tak ada yang kucinta selain kamu. Kalau telah habis kau baca suratku, tentu kau tahu aku tengah merindu. Berkat doa’mu, aku telah dapatkan kerja bermutu. Di sebuah toko sepatu. Jangan tanya soal gajiku...Pokoknya ada yang tersisa untuk kusimpan di saku. Dan suatu hari akan kubelikan kalung emas itu. Kalung emas dengan liontin bertuliskan namamu. Seperti janjiku itu. Begitulah kabar dariku, semoga engkau sehat selalu dan sabar menunggu. Salam rindu...Kangmasmu : Warso.

Warso melipat surat itu. Seorang teman melihat termangu.

Asep : Menulis surat buat istrimu...
Warso : Iya Sep...Biar istriku tahu kabar dariku
Asep : Pakai rindu-rindu... Memangnya kamu rindu? Bagaimana dengan pemilik warteg itu. Bukannya dia mengejarmu...
Warso : Biar saja dia mengejarku. Cintaku satu, untuk Warsihku...
Asep : Gayamu...Eh, Toko sepatu tadi katamu...
Warso : Lho kok kamu tahu?
Asep : Aku kan dengar kata-katamu...
Warso : Apa kamu juga baca suratku?
Asep : Baca suratmu? Apa yang bisa kubaca dari kertas itu. Tak ada huruf ataupun kata dalam surat itu. Cuma gambar gak jelas yang terlihat oleh mataku...
Warso : Jangan sindir aku begitu. Jangan bikin aku malu...
Asep : Tak usah malu kalau kamu tak bisa menulis atau membaca buku.
Warso : Bagaimana aku tidak malu...
Asep : Aku tidak pernah malu. Padahal, aku juga begitu...
Warso : Begitu bagaimana maksudmu?
Asep : Aku tak bisa menulis dan juga membaca buku...
Warso : Beginilah nasib menimpaku. Satu tahun sajan aku sempat sekolah di desaku. Itupun aku bolos selalu. Lebih seru berenang di sungai daripada duduk di bangku. Bagaimana denganmu?
Asep : Di rumah saja membantu Ibu. Soalnya aku percaya surga itu di bawah telapak kaki Ibu.
Warso : Tapi sebetulnya kau bisa sekolah kalau kau mau...
Asep : Tentu aku memang mau tapi bapakku tidak mau
Warso : Kenapa begitu?
Asep : Tak ada uang kata bapakku. Jadi, lebih baik membantu Ibu menyapu, mencari kayu dan mencuci baju...Dan masuk surga siapa tahu. Sudah ah, aku tidur dulu...

Asep lalu tidur kembali

Warso : Aku tak tahu bagaimana selanjutnya. Persoalan janji ini betul-betul bikin aku sakit kepala. Bagaimana caranya aku bisa menepatinya? Kerjaku saja hanya menjadi kuli biasa. Tak punya pangkat atau kuasa. Penghasilanku hanya cukup untuk makan saja. Ingin cari kerja berbeda sungguh sulit luar biasa. Aku tak tahu bagaimana nasib kan menimpa. Sulit sekali ternyata, membuat seseorang yang kita cinta berbahagia.

Warso lalu mengambil korek dan membakar surat itu, meraih bungkus rokok lalu...

Warso : (melongo ke dalam bungkus rokok) Hu uh, habis!