Selasa, 16 September 2008

Warsih vs Warso Bagian 14

BAG.14
Warsih tampak sedang digoda, demikian pula Warso adanya

Broto :Warsih tersayang pujaan hati
Dirimu sungguh penghilang sepi
Sayang engkau punya suami
Itu yang aku sungguh sesali

Warsih :Tak ada yang harus disesali
Juragan tahu isi di hati
Tak ada lelaki yang lain lagi
Warso seorang pujaan hati

Koor :Jika suami ada di sisi
Tentu bisa kami pahami
Suami pergi tiada kembali
Untuk apa sabar menanti

Warso : Aku pasti akan kembali
Suatu hari pasti terjadi
Untuk tepati ku punya janji
Warsih istriku, kucinta kau sampai ku mati

Maria : Jika aku menjadi istrimu
Tentu bahagia hidupku selalu
Dan ku hidup bagaikan ratu
Tak kan pernah aku meragu

Koor : Maria, O Maria yang sungguh ayu
Engkau memang pandai merayu
Tetapi Warso pemuda lugu
Ia pikirkan Warsih selalu

Broto : Hidup makmur yang kita cari
Kenapa menanti yang tidak pasti
Kalau kau jujur di dalam hati
Tentu cintaku yang engkau cari

Warsih dan Warso :
Cinta yang lain tak akan ada
Hanya dialah yang aku puja
Walaupun goda di depan mata
Aku takkan pernah tinggalkan dia

Koor : Begitulah cinta mereka punya
Cinta mulia nan sederhana
Semoga bahagia milik mereka
Semoga bersatu tuk selamanya

Warsih vs Warso Bagian 13

BAG.13
Mandor sedang bicara dengan Warso

Mandor : Kenapa? Kau tak suka?Kau pikir, hutangmu itu tanpa bunga? Iya? Enak saja kalau bicara. Pakai otak kalau bertanya! Jangan asal njeplak saja!
Warso : Masa hanya bersisa dua puluh lima ribu Pak?
Mandor : Kamu bisa ngitung tidak?! Memang begitu apa adanya! Terima saja. Atau kau mau keluar kerja? Cari saja pekerjaan yang lain kalau kau bisa!

Warso terdiam, ia hanya menatap pada mandor

Mandor : Ada apa? Apa yang hendak kau kata?
Warso : Pak, maaf ya, kenapa Bapak seperti tak suka pada saya?
Mandor : Kau betul-betul ingin tahu kenapa?
Warso : Jawab saja dengan jujur apa adanya.
Mandor : Karena semenjak kau ikut bekerja, hubunganku jadi kacau dengan Maria! Hanya kepadamu ia jatuh cinta! Hanya kau saja yang ada dalam ingatannya. Aku jadi dilupakannya. Padahal aku jatuh cinta setengah mati padanya. Aku ingin sekali jadi suaminya!
Warso : Tapi saya tak jatuh cinta padanya Pak. Saya sudah punya istri di desa. Saya sangat mencintainya. Itu sebabnya saya mencoba cari kerja di Jakarta agar saya bisa memenuhi janji saya padanya, membelikan kalung emas dengan liontin bertuliskan dia punya nama. Tapi apa hasilnya? Saya hanya bisa bekerja sebagai buruh kasar di Jakarta. Tak pernah bisa saya mengumpulkan uang yang cukup untuk menepati janji saya. Boro-boro untuk beli kalung, bisa makan saja saya sudah untung. Bahkan, saya tak punya cukup uang untuk pulang.
Mandor : Lho, kok yang mengeluh malahan kamu. Tadi aku sudah menjawab pertanyaanmu. Seperti kamu sangat mencintai istrimu, seperti itu pula lah besarnya cintaku pada Maria-ku! Itulah sebabnya, aku ingin ia jadi istriku.
Warso : Jadi Bapak belum menikah?
Mandor : Ya jelas sudah!

Mandor ngeloyor pergi, Warso jadi berdiam diri. Pemuda SMS datang menghampiri

SMS : Sudah, tak usah bingung mematung! SMS saja dan kau pasti untung! Ketik saja REG spasi UNTUNG!
Warso : Terus, kamu sudah beruntung?
SMS : Katanya, aku akan dapat rejeki sebesar gunung…

Pemuda necis lewat

Necis : Aku berangkat ke kantor dulu ya. Takut terlambat...
SMS : Lae, tunggu sebentar. Boleh aku minta rokokmu?
Necis : Katanya kau bakal dapat rejeki sebesar gunung
SMS : Ya belum, pokoknya, kata SMS itu, hari ini aku dapatkan rejeki itu.
Necis : Terserah apa katamu ( Memberikan rokok) Koreknya? Ada gak?
SMS : Kalau korek aku punya Lae....Terima kasih ya...

Pemuda Necis keluar panggung

Warso : Mas, ngomong-ngomong, kemarin kau bilang kau akan dapat hadiah dari Ibumu kata SMS REG spasi SENANG!? Hadiah apa?
SMS : Ngaco! Ibuku sudah meninggal...

Tiba-tiba Maria datang

Maria :Yang enggak pernah ngaco itu ya aku. Cintaku tulus selalu untukmu.
Warso : Ee...Maria...
Maria : Aku sudah buatkan semur daging dengan menu khas untukmu!
Warso : Tapi aku...
Maria : Masa gak bosen makan tempe melulu. Makan daging, apa kamu gak mau? Kalau kamu gak mau makan daging di warungku, kamu boleh makan daging di rumahku. Aku akan siapkan yang paling nikmat buatmu...
Warso : Terima kasih. Gak usah repot-repot begitu...
Maria :Aku gak repot kok kalau kamu mau?
SMS : Kok aku gak ditawarin Mbakyu?
Maria : (Mengepalkan tangan) Nih! Mau?
(Pada Warso) Bagaimana, nanti malam ya, datang ke rumahku...

Selasa, 09 September 2008

Warsih vs Warso Bagian 12

BAG.12
Warsih di depan rumah, resah, gelisah.

Warsih : Mas Warso, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa tak ada kabar berita sama sekali. Apa kau tak pahami resah di hati? Sepi, menanti kau kembali. Paling tidak, kabari aku lewat mimpi…

Aku takut sekali, sesuatu telah terjadi…
Apa engkau bertemu lain tambatan hati.
Jatuh cinta lagi dan tinggalkan aku sendiri.
Tidak, aku tak inginkan itu terjadi.

Semoga kau masih ingat janji yang telah terpatri…

Tiba-tiba Juragan Broto muncul dalam bayangan Warsih

Broto : Begitu umumnya kaum lelaki
Hanya mau enak sendiri
Bila ia bosan ya tinggal pergi
Peduli apa soal janji di hati

Warsih : Begitu umumnya kaum lelaki
Tapi Warso berbeda sekali
Ia pintar menjaga hati
Tak mungkin ia mengkhianati

Broto : Tetapi yakin bukannya pasti
Siapa bisa melawan sepi
Apalagi jauh dari sang istri
Sia-sia engkau menanti

Warsih : Aku akan terus menanti
Ku yakin ia akan kembali

Broto :Tapi aku ada di sini
Mengapa tiada engkau sadari…

Warsih : Pergi! Pergi!

Lalu bayangan Broto pun hilang dari panggung

Warsih : Mas Warso, aku hampir tak tahan lagi…

Cahaya lalu mati

Warsih vs Warso Bagian 11

BAG.11

Para Tukijo melakukan sebuah koreografi.

Hari berlalu waktu melaju
Bunga pun gugur berganti baru
Kami tak tahu langkah menuju
Hampir tak ada cahaya lampu

Berlari sudah, melompat sudah
Yang kami dapat hanyalah lelah
Menggapai sudah, memaksa sudah
Yang kami punya hanyalah resah

Gedung menjulang terus bertambah
Cahaya gemerlap, pesta meriah
Kami tak lebih hanyalah sampah
Hidup kami semakin susah

Semua hal berganti kecuali nasib kami
Semua hal berganti kecuali hidup kami

Warsih vs Warso Bagian 10

BAG.10

Di setiap tempat, Warso sedang menulis surat

Warso : Warsih, istriku-wangi melati tak sewangi tubuhmu. Kicauan burung, tak semerdu suaramu. Pantai dan hujan tak selembut dirimu. Bening telaga tak sebening matamu. Tak ada wanita semanis kamu. Pendek kata, tak ada yang kucinta selain kamu. Kalau telah habis kau baca suratku, tentu kau tahu aku tengah merindu. Berkat doa’mu, aku telah dapatkan kerja bermutu. Di sebuah toko sepatu. Jangan tanya soal gajiku...Pokoknya ada yang tersisa untuk kusimpan di saku. Dan suatu hari akan kubelikan kalung emas itu. Kalung emas dengan liontin bertuliskan namamu. Seperti janjiku itu. Begitulah kabar dariku, semoga engkau sehat selalu dan sabar menunggu. Salam rindu...Kangmasmu : Warso.

Warso melipat surat itu. Seorang teman melihat termangu.

Asep : Menulis surat buat istrimu...
Warso : Iya Sep...Biar istriku tahu kabar dariku
Asep : Pakai rindu-rindu... Memangnya kamu rindu? Bagaimana dengan pemilik warteg itu. Bukannya dia mengejarmu...
Warso : Biar saja dia mengejarku. Cintaku satu, untuk Warsihku...
Asep : Gayamu...Eh, Toko sepatu tadi katamu...
Warso : Lho kok kamu tahu?
Asep : Aku kan dengar kata-katamu...
Warso : Apa kamu juga baca suratku?
Asep : Baca suratmu? Apa yang bisa kubaca dari kertas itu. Tak ada huruf ataupun kata dalam surat itu. Cuma gambar gak jelas yang terlihat oleh mataku...
Warso : Jangan sindir aku begitu. Jangan bikin aku malu...
Asep : Tak usah malu kalau kamu tak bisa menulis atau membaca buku.
Warso : Bagaimana aku tidak malu...
Asep : Aku tidak pernah malu. Padahal, aku juga begitu...
Warso : Begitu bagaimana maksudmu?
Asep : Aku tak bisa menulis dan juga membaca buku...
Warso : Beginilah nasib menimpaku. Satu tahun sajan aku sempat sekolah di desaku. Itupun aku bolos selalu. Lebih seru berenang di sungai daripada duduk di bangku. Bagaimana denganmu?
Asep : Di rumah saja membantu Ibu. Soalnya aku percaya surga itu di bawah telapak kaki Ibu.
Warso : Tapi sebetulnya kau bisa sekolah kalau kau mau...
Asep : Tentu aku memang mau tapi bapakku tidak mau
Warso : Kenapa begitu?
Asep : Tak ada uang kata bapakku. Jadi, lebih baik membantu Ibu menyapu, mencari kayu dan mencuci baju...Dan masuk surga siapa tahu. Sudah ah, aku tidur dulu...

Asep lalu tidur kembali

Warso : Aku tak tahu bagaimana selanjutnya. Persoalan janji ini betul-betul bikin aku sakit kepala. Bagaimana caranya aku bisa menepatinya? Kerjaku saja hanya menjadi kuli biasa. Tak punya pangkat atau kuasa. Penghasilanku hanya cukup untuk makan saja. Ingin cari kerja berbeda sungguh sulit luar biasa. Aku tak tahu bagaimana nasib kan menimpa. Sulit sekali ternyata, membuat seseorang yang kita cinta berbahagia.

Warso lalu mengambil korek dan membakar surat itu, meraih bungkus rokok lalu...

Warso : (melongo ke dalam bungkus rokok) Hu uh, habis!

Senin, 01 September 2008

Ya Allah,
Aku berdoa sekaligus berharap
Semua ini akan berakhir

Ya Allah,
Mengapa Engkau timpakan cobaan yang begitu berat bagi hamba-Mu ini

Ya Allah,
Apakah hamba terlalu banyak mengeluh atas segala cobaan dan ujian-Mu

Ya Allah,
Kapankah ini semua akan berakhir

Ya Allah,
Aku ingin menjalani hidupku dengan damai
Tapi mengapa selalu ada duri yang kutelan

Ya Allah,
Sampai kapankah aku bisa bertahan

Warsih vs Warso Bagian 09

BAG.09

Pak Broto sedang berkunjung ke rumah Warsih

Warsih : Terima kasih banyak Juragan. Saya berterima kasih tiada terkira...
Broto : Itu bukan apa-apa. Apa yang kuberikan padamu hanya karena aku memperhatikanmu
saja. Bukan hal yang luar biasa...
Warsih : Tetapi hati Juragan sungguh mulia. Mau membantu saya yang tak bisa membalasnya.
Pinjaman beras itu sungguh-sungguh membantu saya.
Broto : Sudahlah, lupakan saja. Itu bukan pinjaman tetapi hadiah. Kudengar kau kesulitan
modal untuk berjualan kue juga? Apa kau mau meminjam uang padaku pula? Tak
apa-apa. Kalau bisa kubantu, mengapa tidak...
Warsih : Terima kasih banyak Juragan...Inipun sudah lebih dari cukup buat saya. Semoga
saja untuk kebaikan hati Juragan, saya bisa membalasnya...
Broto :Sebetulnya, kalau kau memang ingin membalasnya, mudah saja...Bahkan hidupmu akan
kujamin tak kurang apapun juga. Asalkan...kau mau menjadi istriku yang berikutnya...
Warsih :Juragan sudah beristri dua, itu yang orang kata. Bagaimana mungkin saya jadi istri
ketiga? Dan lebih dari itu, saya sudah bersuami pula. Dan kepada Juragan, saya tak
punya perasaan cinta...
Broto : Soal cinta, kau tak harus punya. Hidup tak kurang suatu apa, itu yang harus kau
pertimbangkan dengan seksama. Dan aku bisa memberimu kehidupan bergelimang
harta. Bukankah aku orang terkaya di desa. Yang penting, jika aku datang ke sini, terima
saja dengan tangan terbuka. Kau sungguh cantik luar biasa. Engkau tak pantas hidup
sengsara. Suamimu di Jakarta, ia tak akan tahu apa-apa. Dan siapa bisa menjamin ia tak
punya kekasih di sana. Barangkali, ia sedang asyik bermesraan dengan lain wanita...
Warsih : Malam semakin larut saya kira. Saya tak ingin orang desa jadi curiga. Walau kita hanya
mengobrol saja, pandangan orang bisa berbeda. Saya mohon, juragan bisa mengerti yang
saya pinta. Pulanglah, hanya itu saja...
Broto : Engkau wanita keras kepala. Tampak setia tetapi bodoh sebenarnya...Untuk apa hidup
kau sia-sia. Tanpa suami yang engkau cinta. Lihatlah padaku sekali saja. Aku nyata. Ada
di hadapanmu. Akan kubuat hidupmu bahagia tiada terkira.
Warsih : Juragan dengar yang saya pinta. Saya tak ingin mengulanginya...
Broto : Kalau berubah niat di dada, kau tentu tahu harus kemana...

Juragan Broto berlalu, Warsih diam termangu

Warsih : Mas Warso, aku digodanya. Sampai saat ini, aku masih mampu tuk menolaknya. Dan
aku akan terus mencoba sekuat tenaga. Aku tak ingin mengkhianati kau punya cinta.
Semoga kau percaya...Bahwa hanya ada satu nama di dalam dada. Dan kuharap semoga
begitu juga yang engkau rasa.