Rabu, 02 Juni 2010

Wagina Bicara

Materi tak selamanya membuat kita bahagia tetapi tak bisa dipungkiri bahwa materi juga sangat penting dalam hidup.

Siapa sich yang gak butuh makan, punya sekolah bagus, punya rumah yang bisa dijadikan naungan berteduh dari ganasnya kehidupan di luar, apalagi di Ibu kota Jakarta. Peliknya masalah ekonomi dan hidup seba kekurangan kerap membuat manusia lupa sesungguhnya manusia diciptakan oleh Tuhan untuk mengabdi kepada-Nya. Hidup serba susah jaman sekarang, apa saja bisa dijadikan ‘alat’ asal dapat duit entah itu halal atau haram. MasyaAllah, manusia memang punya nafsu dunia tapi kita sebagai makhluk Allah yang sempurna, telah diberi akal & pikiran yang membuat kita lebih layak menjadi seorang ‘khalifah’ di muka bumi. Pemimpin tidak hanya buat istri dan anak-anak kita kelak tapi juga khalifah bagi orang-orang berakal untuk menasihati kebaikan kepada sesama umat Islam. Seorang pemimpin yang baik juga harus mampu membedakan mana yang haq & bathil misalkan untuk istri & anaknya.

Penulis begitu terhentak tatkala serial FTV SCTV yang berjudul Wagina Bicara diputar kemarin malam (01/06) pukul 22.00 WIB. Dari scene-nya saja penulis merasa tertarik untuk terus mengikuti alur cerita. Apalagi film tersebut memunculkan seorang tokoh yang diberi nama Wagina, seorang gadis berlatar belakang desa, innocent dan sangat menjunjung tinggi kodratnya yang terlahir sebagai perempuan. Selama ini memang para pria lah yang dikodratkan menjadi pemimpin bagi kaum perempuan terutama istri & anak-anaknya. Kata ‘pemimpin’ ini sering disalahartikan oleh segolongan pria di Indonesia masa lampau sebelum adanya emansipasi yang dipelopori oleh RA.Kartini.

Perempuan kerap menjadi bulan-bulanan dan diremehkan oleh kaum pria. Penulis merasa mendapat banyak sekali nilai-nilai (value added) yang bisa dijadikan motivasi dalam hidup. Sebuah FTV yang disutradarai oleh Dedi Setiadi mampu mengguncang emosi penonton. Wagina yang diperankan oleh aktris Kinaryosih telah menyibak celah-celah kebohongan yang diselimuti kekerasan dalam rumah tangganya dengan mengungkapkan kebenaran yang tidak bisa disembunyikannya. Selain Kinaryosih, aktor senior kita Alex Komang juga turut ambil bagian dalam alur cerita. Alex berperan sebagai Drajat, seorang karyawan Akuntan di pabrik tempat Wagina bekerja. Drajat, sosok pria separuh abad yang belum juga punya istri, karena kekesalannya terhadap ibu kandungnya sendiri lantaran dianggap tidak bisa setia kepada ayah kandungnya yang sakit-sakitan sedari kala dan miskin pula. Ia menaruh kekecewaan teramat berat kepada ibunya, karena lebih memilih untuk menikah lagi dengan seorang pria kaya yang sama sekali tidak dia cintai.

Sementara itu di lain tempat, Wagina yang masih bersuamikan San –lelaki yang suka mabuk-mabukan, judi, adu ayam dan main perempuan- kerap memperlakukan Wagina dengan kasar. Sampai akhirnya sandiwara pun dibuat olehnya hanya untuk memperalat Wagina. Kala itu, terlibat pertikaian hebat di antara San dan Wagina, sampai ujungnya Wagina memakai pisau untuk melampiaskan amarahnya yakni dengan menusuk San. Kemudian, San pura-pura mengeram kesakitan dan akhirnya Wagina sontak berlari terbirit-birit lantaran takut kalau-kalau San meninggal sehingga ada yang berniat memasukkannya ke penjara dengan dalih pembunuhan.

Di tengah jalan dalam situasi Wagina masih dikejar-kejar oleh teman San (2 orang) dan untungnya Waniga langsung masuk ke dalam mobil milik Pak Drajat. Wagina minta tolong agar dia dibawa pergi ke mana saja, ke tempat yang jauh agar penduduk desa tidak menemukannya karena yang Wagina butuhkan saat ini hanyalah ketenangan dan menghindar dari kejaran teman-teman San.

Semua orang mencari Wagina kala itu. Tetapi berkat kebaikan Drajat menolong Wagina, sampai akhirnya dia pun merasa berhutang budi padanya. Wagina mendengar keluh kesah dari Drajat tentang masa lalunya di kampung. Surat-surat yang ibu kandungnya kirim kepada Drajat tak pernah dibaca olehnya. Ujungnya, surat terakhir dia baca juga yang intinya memberitahukan bahwa Ibunya sakit dan mendambakan dapat segera menimang cucu.

Pada awalnya, Drajat memang sempat berbohong kepada ibunya bahwa dia sudah menikah dengan seorang perempuan kota. Wagina pun mau membantu Drajat untuk bersandiwara sebagai istri bohongan. Demi membahagiakan seorang Ibu, Wagina rela dianggap istri Drajat. Drajat pun senang karena akhirnya ada seorang wanita baik dan tulus seperti Wagina bisa menjadi mantu buat Ibu Drajat yang sudah ingin sekali bertemu dengan perempuan yang dinikahinya yang disebut-sebut sebagai mantu itu.

Akhirnya, Wagina memerankan peran sebagai istri Drajat dengan tinggal di rumah Ibunya di sebuah kampung. Ibu sangat senang manakala Wagina bisa memijit pundaknya. Dia senang dan sangat bangga punya mantu seperti Wagina.

Di lain tempat, Drajat harus pamit ke rumah aslinya di sana hendak menyelesaikan pekerjaannya di kantor sekaligus mengecek bagaimana keadaan suami Wagina yang tertusuk oleh gadis polos itu.

Gambaran yang sungguh ironi, sementara Wagina menolong Drajat di rumah ibunya, San (suami Wagina) malah sedang asyiknya bermain cinta dengan perempuan binal dan sudah ‘kumpul kebo’ malah. Sungguh suami yang tidak tahu diri. Mungkin urat malunya sudah putus kali yee…..!

Setelah itu, Drajat memutuskan hendak pulang ke rumah Ibunya di kampung karena rasa rindunya yang tak tertahankan pada Wagina. Selama ini ternyata Drajat menyimpan perasaan bahwa ia telah jatuh cinta kepada gadis ayu itu. Ia selalu menyempatkan diri membelikan segala kebutuhan Wagina dari mulai baju, sepatu, dsb. Wagina pada saat itu belum menaruh rasa cinta padanya.

Sampai akhirnya….
Suatu ketika di suatu hari keberanian Wagina muncul. Dia berterus terang kepada Ibu Drajat kalau dia hanya buruhnya saja dan istri orang. Dia hanya menolong Drajat untuk bersandiwara sebagai istrinya saja.

Ibu sangat memahami hal itu dan berusaha mencegah Wagina pergi, tapi apalah daya, Wagina tetap bersikukuh pergi untuk kembali kepada suaminya di sebrang sana…
Entah bodoh entah karena kepatuhan kepada sang suami, Wagina berjalan langkah demi langkah menuju rumahnya hendak melihat bagaimana perkembangan rumah setelah kepergiannya.

Alhasil, dia malah bertemu dengan cewek binal itu…hikz hikz…
Wagina…Wagina…Sungguh malang nasibmu…! ! !
Dia minta diceraikan dan memilih untuk menjadi TKI untuk membiayai sidang-sidang perceraiannya.

Di tengah perjalanan, Drajat dengan senang berharap bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Eh, malah Waginanya sudah pergi…
Drajat sontak memarahi Ibunya, kenapa ia usir Wagina dari rumah…???
Tatkala itu, terjadi pertengkaran yang sangat di antara anak dan ibu di kamar itu.
Drajat hanya bisa memarahi tindakan Ibunya masa lalu yang mau-maunya menikah dengan pria lain demi harta dan meninggalkan suaminya pertama yang kala itu sedang sakit-sakitan bahkan buat biaya berobat ke rumah sakit saja untuk menyembuhkan penyakit diabetes saja tidak bisa. Sungguh lemah kondisi ekonominya kala itu.

Sang Ibu terpaksa menanggalkan cintanya kepada suami dan memilih menikah dengan pria kaya yang sama sekali tidak dia cintai. Semua itu demi apa???
Demi anak-anaknya, masa depan Drajat ada di tangan Sang Ibu. Mana mungkin Drajat bisa menjadi seorang pria berprofesi sebagai Akuntan yang kala itu gajinya sangat besar sekali. Bisa dibayangkan, pengorbanan seorang Ibu demi sang anak hanya agar anaknya kelak sukses dan tidak kekurangan apapun dalam membiayai hidupnya. Bisa ga ya penulis nanti berkorban seperti ini???

Nasib ada di tangan kita sendiri untuk menciptakan masa depan generasi kita selanjutnya. Anak adalah titipan dan amanah. Sebisa mungkin dijaga dan dipelihara.
Kalau penulis simpulkan, value added yang bisa diambil dari kisah gadis polos di Film Wagina Bicara apa aja ya…yuks kita baca.

1. Nilai kepatuhan dan kesopanan

Dalam rumah tangga, suami sebagai pemimpin keluarga dan istri sebagai penasihat keluarga dalam mengambil keputusan. Istri yang baik harus bijak dan patuh pada suami. Eits…tapi suami juga harus mengayomi istri. Demi kebahagiaan bersama.

2. Nilai kemanusiaan

Tindakan Drajat dengan menolong Wagina bisa menjadi inspirasi buat kita semua bahwa ketulusan dan pengorbanan dalam hidup bisa kita perjuangkan.

3. Nilai kesetiaan

Ketulusan cinta adalah senjata memperoleh kebahagiaan sejati. Cinta yang tulus disertai dengan pengorbanan, hidup menjadi lebih bermakna.

4. Nilai toleransi

Sesama manusia harus saling menghormati hak masing-masing. Hidup bersama yang penuh dengan paksaan akan membuat dunia menjadi gelap. Yukz..kita warnai hidup dengan saling menghormati satu sama lain, saling mengasihi sesama de el el.

1 komentar:

sona mengatakan...

tindakan tidak adil dan semena - mena terhadap wanita tidak hanya terjadi dalam sebuah rumah tangga... banyak pula terjadi pada para pasangan muda mudi yang sebenarnya belum mempunyai hak sepenuhnya terhadap pasangan perempuannya... semoga dengan tayangnya ftv ini para sobat muda akan lebih mengerti bahwa wanita bukanlah boneka yang hanya bisa diam, dan sobat muda tidak lupa bahwa kita lahir dari rahim perempuan... and so' think about them.