Minggu, 10 Agustus 2008

CLEOPATRA

Hidup memang terkadang menyenangkan tapi tidak semua orang merasakan hal yang sama. Terkadang terlalu banyak hal-hal yang terjadi di luar kehendak manusia. Pedih, nanar dan sunyi yang selama ini membuatku sadar betapa besar anugerah Tuhan yang mengalir dalam darahku. Fatamorgana kehidupan senantiasa membayangi perjalanan panjang hidupku. Saat ini diriku enggan hidup di bawah naungan kesunyian. Namun, ada satu hal yang pasti menjadi kebanggaan besar buatku manakala cinta itu mengakar dari sebuah tali yang begitu erat. Cinta yang banyak mengajarkan pada diriku tentang apa hakikat hidup. Cinta itu adalah sebuah persahabatan .

Persahabatan mengajarkan banyak hal yang bermakna dalam hidup. Tetapi, adakah persahabatan sejati yang bisa membuat kita lebih hidup???. Kian lama sudah diriku mencarinya tapi hingga detik ini belum kutemukan. Sepanjang malam telah kupanjatkan doa pada Sang Pencipta Yang Maha Agung. Namun, belum kutemukan jawabnya.

Seringkali diriku terlelap dalam heningnya malam yang dingin. Dengan berbalut angin yang berhembus kencang, jari-jemari mungil ini merayap secara perlahan-lahan. Ada sesuatu yang mengusik diriku di malam itu. Kesendirian yang tiada henti membuatku takut untuk memandang mentari yang bertengger di pagi hari. Tiap peristiwa yang menimpa diriku sangatlah bermakna. Makna yang menuntun di setiap gerak langkahku. Aku dengan diriku selalu bersama seolah-olah menjadi teman saat aku sendiri menjalani hidup. Kadangkala diri ini merasa bosan di kala terbesit berbagai problematika. Hidup memang tiada pernah lepas dari problema. Semua berjalan seperti apa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada satupun yang bisa meraba dengan nalarnya sekalipun apa yang akan mengejutkannya esok hari. Tidak pula mereka bisa menolaknya. Manusia hanya bisa pasrah pada takdir. Nasiblah sebenarnya yang membawa kehidupan manusia ke arah yang lebih baik.

Dari awal aku punya impian yang mungkin tidak asing apabila orang lain tahu akan impian itu. Setiap aku menggerakkan jari-jemari kecil, seakan-akan enggan berhenti begitu saja. Suatu hal yang pasti aku menyenangi dunia jurnalis sejak aku dilahirkan. Bunda tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada kami. Semua diberi kebebasan untuk melakukan apa saja yang kami suka. Namun, tetap ada batasan-batasan yang abstrak yang tertanam dalam ingatan kami.

Dunia telah mengantarkan diriku hidup bersama orang-orang tercinta. Meskipun tetap saja kesunyian yang menjadi kidung malamku. Namun, aku cukup merasa bahagia berada di tengah kehidupan mereka. Kelembutan kasih yang senantiasa membelaiku hanya kudapatkan dari bunda tersayang yang kini masih mendukungku. Kasih sayang yang tak terbatas tak akan bisa didapatkan dari siapapun selain dari orang yang paling dekat dengan kita.

Setiap kuterbangun dari lelapnya malam yang dingin nan sunyi dengan terbalut selimut warna merah jambu yang tebal, sepasang mata yang sepertinya enggan untuk kubuka, amatlah berat untuk menyapa mentari pagi. Sarapan pagi dan teh hangat manis yang setia menemaniku sejak dulu kini tak kudapati lagi. Sekarang, mereka telah pergi meninggalkan diriku sendiri . Hari-hari telah kulalui tanpa kehadiran orang-orang yang kusayang. Namun, aku harus bertahan dengan hidup yang sudah kupilih. Engkau akan merasakan hal yang serupa dengan diriku manakala engkau berada dalam posisiku yang sekarang. Amat berat rasanya bagi seorang perempuan menanggung beban hidup yang sekarang tengah kualami. Semua yang tengah kuperjuangkan akan kudedikasikan hanya untuk seorang tercinta yang tiada pernah letih mencurahkan segala kasih sayangnya dengan kelembutan kasih yang murni. Semua yang telah tercurah kepadaku begitu besar bagaikan mutiara di tengah lautan. Walaupun kadangkala telihat gurat-gurat kepedihan di sepanjang hidupnya. Namun, ia berusaha tegar setegar karang di tengah lautan. Sudah terlalu banyak terpaan badai dan pasang surut gelombang yang menghadangnya. Ia mencoba menahan pedih yang ia alami. Namun, semua itu amat kentara di mataku. Kemurnian dan kesucian jiwanya yang senantiasa menggenggam erat dan menggandeng kedua tangan kami dan merangkul kami dengan ketegarannya membuat hatiku tersentuh. Kesempurnaan telah coba Engkau berikan kepada kami. Bunda, aku akan selalu mengingat dirimu selalu dan selamanya ku ingin berada di sisimu. Tidak akan ada seorangpun yang sempurna selain Tuhan yang bisa melebihi dirimu.

Kini, kedewasaanku telah membangkitkan jiwa dan semangat hidupku. Parit-parit yang telah kulalui kini telah berangsur hilang satu per satu. Kini, jarum jam berputar dengan cepatnya dan mendorongku melakukan dan memberikan yang terbaik untuk semua yang kusayang. Pahit getir hidup yang selama ini menghantam kehidupanku telah membukakan pintu ketegaran agar diriku bertahan menjalani hidup.
Sudah saatnya kedewasaan melekat dalam kepribadianku. Biarpun dahulu kerapkali diriku manja dan terlalu sering mengeluarkan air mata tangis kerna diri ini tak kuasa menahannya. Hingga air mata itu mengering dan ku tak mau lagi menjalani hidup ini dengan tangis. Aku menginginkan secercah kebahagiaan yang membuatku tersenyum selalu dan untuk selamanya. Adakah seseorang yang kuimpikan itu???Sosok yang selama ini kucari sepanjang hidupku. Aku yakin Tuhan akan mencurahkan kepadaku kebahagiaan yang sungguh. Dan kini, aku tengah menunggunya. Entah sampai kapan diriku akan bertemu dengan dirinya. Seseorang yang kini kucari dan tak akan pernah letih kuberharap.

*****

Pagi yang cerah, seakan mengulurkan sentuhan sinar mentari yang hangat dan dengan suka hati menyapa keberadaanku di tengah dinginnya hembusan udara pagi. “Cleo, sayang…..!!!it’s time for you to wake up, don’t be lazy hunny.”my Moms says. Yeach, maybe sudah menjadi my bad habit untuk meninggalkan pulau kapukku yang empuk. Kala ku mulai bosan dengan segala penat dan segala aktifitas duniawi, aku mencoba mencari kesibukan di luar. Perjalanan yang panjang telah mengukir banyak cerita hidup dan semua itu akan menjadi sebuah kenangan. Kenangan yang cukup terasa pahit untuk dilupakan. Tapi, sungguh dengan semua kenangan pedih itu aku bisa berdiri seperti saat ini.

Saat ku mulai mengawali hari-hariku, ku coba untuk melupakan sapaan hangat yang selalu kudapat setiap kali ku terbangun dari lelapku. Mulai saat ini, Cleo telah menggantikan sapaan hangat untukku. Cleo yang sekarang bukanlah diriku yang selalu mengeluh atas segala sesuatu yang telah menimpanya. Seiring dengan bergulirnya waktu, aku membiasakan diri lebih open minded dan mengubur sifat introvert yang selama ini melekat dalam pribadiku. Kini, uluran tangan mesra telah kuperoleh dari sobat-sobat baru. Pernah terbesit dalam anganku untuk menjadi bagian dari kehidupan mereka. Akan tetapi, takdir megatakan hal yang bertentangan dengan hati nurani kecilku. Namun, hatiku tetap teguh menapaki lika-liku hidup yang penuh dengan polemik. Aku meyakinkan pada diriku sendiri bahwa segala kesulitan yang menghadang di depanku saat ini dan untuk nanti pasti aku bisa melewatinya dengan pertolongan dari Allah.

Di malam yang dingin itu, diriku terasa membeku dan seluruh belulangku menjadi kaku layaknya batu yang semakin mengeras. Sesaat ku tertidur lelap untuk mengurangi sedikit peluh kesal yang sedang ku alami. Terdengar dering sms yang memantul dari handphone kesayanganku. Di tengah malam yang sunyi itu diriku pun terbangun hendak mengulurkan tanganku untuk menggenggam hp ku dan rasa penasaranku kini semakin memuncak manakala ada seorang yang tak dikenal namanya ingin masuk dalam kesunyian jiwaku. Entah mengapa aku mendapatkan sesuatu yang berbeda manakala kudapat sms khusus dari seorang yang tak dikenal namanya itu.

Dear, Cleo……!Ku tahu dirimu merasakan kebekuan yang sungguh, ijinkan diriku hadir tuk mencairkan semangatmu yang beku dan pancaran matamu yang semakin redup……”inilah kali pertama sms-nya masuk dalam inbox hp ku.

Belum sempat kupikirkan jawaban apa yang pantas kuberikan padanya, tetapi…

“Mungkin aku hanyalah seorang yang bodoh yang memberanikan diri untuk masuk dalam relung hatimu. Kuharap masih ada sebingkai asa yang masih bisa kudapati dalam dirimu.” sms itu terburu masuk ke dalam inbox hp ku.

Terlintas anganku pada seseorang yang dulu sempat hadir dan mengisi ruang di hatiku. Ketika aku masih kecil, pernah ku punya seorang sobat yang amat memperhatikanku. Telah lama aku mengenalnya. Tetapi, mataku telah tertutup kerna terlalu sering dininabobokan oleh keinginan semu. Amat sangat besar kesalahan yang telah kulakukan. Penyesalan yang kini hadir dalam pikirku.

Semua yang menimpaku selalu kupasrahkan sepenuhnya pada waktu. Seandainya waktu bisa kuputar kembali. Apatah dayaku kini, setelah ku menyadari bahwa seseorang itu telah pergi meninggalkan diriku sendiri dan tak akan pernah hadir kembali mengisi hari-hariku, sekarang baru ku menyadari kehadiran seseorang itu teramat berharga. Semua lembaran yang menjadi kisah dan menjadi serpihan dalam hidupku bukanlah suatu hal yang mudah untuk ditinggalkan tak ubahnya semudah membalikkan telapak tangan.

Ketidakberdayaanku atas apa yang telah terjadi semakin menguatkan diriku dalam menapaki hidup. Tak terasa waktu telah berjalan dengan cepatnya hingga menggetarkan hatiku dan mendorong tanganku untuk menuangkan sentuhan kecil melalui goresan-goresan tinta yang kini merasuki cerita panjang hidupku yang dahulu terasa sunyi dan penuh liku.

Saat ini aku ingin menggerakkan penaku sendiri tanpa ada seorangpun yang memancing diriku untuk mengobrol selang petang yang sunyi ini. Angan-angan yang selama ini terpendam sudah saatnya untuk kucurahkan dalam intuisiku. Selang beberapa saat kemudian, sobat kecilku yang kerap kusapa dia Cinta menelponku.

Morning my best friend, Cleo...,how’re you today?”celotehnya.

Very well , thank you Cinta !,what’re you doing now? “ sahutku.

“Aku butuh bantuan kamu,Cleo.It’s very important…., please !!! will you !

“Nap???what’s your problem , my lovely Cinta ?“tanyaku.

“Ntar kucritain ke kamu dech abis mata kuliahnya Mr..Johnson, Okey!“

“Okey, Cinta…” jawabku singkat.

Keesokan harinya aku berjumpa dengan Cinta. Setelah diriku merasakan penat dan letih yang begitu beratnya karna terlalu pusing kepalaku dijejali topik kuliahnya Mr. Johnson. Beliau selalu menerapkan asas kedisiplinan dalam setiap mata kuliah yang dipegangnya. Yah, sudah terlalu banyak mahasiswa lain yang berkomentar jikalau Mr. Johnson itu seorang dosen yang amat killer. Serupa dengan mahasiswa yang lain, aku juga sudah bosan tiap hari bertemu dengan beliau. Kalau menurutku sich, bahasan kuliah yang terlalu rumit harusnya dibuat jadi lebih sederhana. So, semua otak bisa cepat menyerapnya tanpa harus memahaminya dalam waktu yang relatif lebih lama.

“Ku lagi dapet problem berat ma Ariel nich…!Beneran banget nich ku suebel banget ma doi.“celetuknya sambil menggerutu.

“ Mank napa lagi ma Ariel ……??? Doi jalan lagi ma gebetan barunya ? “terkaku.

“Bukan Cleo ku sayang.Kali ini the big problem bagiku,swear dech!”jelasnya.

“Tau gak, semalem aku BeTe banget ndengerin omelan nyokapku“ akunya lagi dengan nada penuh jengkel.

Setelah Cinta kehabisan kata-kata, kita sepakat akan mencari jalan keluar yang terbaik tidak hanya buat kelangsungan jalinan kasih antara Cinta dan Ariel, tetapi juga untuk meredam keinginan kedua orang tua Cinta untuk mempertimbangkan kembali keinginan mereka melangsungkan pertunangan Cinta dengan anak lelaki teman kecil bokapnya, Farel.

Setelah lama aku menguak masalah pelik yang kini sedang menimpa sobatku yang imut dan humoris ini, ku coba memberi segelintir pesan dengan harapan Cinta dan Ariel bisa tetap bersatu. Kian lama sudah diriku ini mengenal watak Cinta dan Ariel. Cinta yang terlihat dari luar selalu memunculkan senyum keceriaan pada orang-orang di sampingnya. Sebut saja, aku. Aku slalu merasakan ada sepancar kharisma yang berbeda dan smakin lama aku mengenalnya smakin kentara jiwa energetiknya. Kupikir dalam benakku, Cinta ibarat sebutir mutiara yang berkilauan di tengah derasnya gelombang laut.

*****

Suatu hari aku berpapasan dengan Ariel. Dari pengamatanku semenjak Cinta bertunangan dengan Farel, Ariel yang sudah sekian lama menjalin kasih dengan Cinta berubah secara drastis. Ironisnya, Ariel sama sekali enggan untuk menanyakan kabar perihal Cinta. Masih tergambar jelas dalam ingatanku kala Ariel memeluk Cinta dengan mesranya di sekitar lokasi pantai saat acara pelepasan masa-masa kuliah setahun yang lalu. Semua mata tertuju pada mereka tanpa berkedip sejenak pun. Keanehan mulai tersirat dalam anganku saat kudapati seorang wanita berambut lurus sedang menggendong bayinya. Ariel pun tampak sedang melangkahkan kaki dengan serempaknya dengan seorang wanita yang kusebut tadi. Dari jauh mata siapapun yang memandang, mereka pasti mengira kalau mereka adalah sepasang suami istri.

Yah, mungkin saja Cinta telah menyakiti hati Ariel karena kejadian itu. Malam itu masih teringat jelas saat cincin pertunangan dari Farel telah melingkar di jari manis Cinta. Karena terlalu berat bagi Ariel untuk menerima dengan lapang dada perihal moment menegangkan malam itu. Saat itu aku bisa merasakan apa yang sedang menimpa Cinta dan Ariel. Biarpun Cinta kelak akan mewarisi seluruh harta dari keluarga besar bokapnya Farel, namun itu semua tiadalah berarti bagi Cinta. Kekayaan dan kepuasan duniawi tak ubahnya seperti kesenangan maya. Semua itu bagi Cinta tak ada gunanya sama sekali. Aku kerapkali melihat gurat-gurat kepedihan yang kentara semenjak Ariel telah pergi dari bingkai kehidupannya. Setiap menit, setiap detik bagi Cinta menjadi kelabu sehingga semua yang diberikan Farel tiadalah berarti bagi kehidupannya. Selama hidup berdampingan dengan Farel, Cinta hanya memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri yang tunduk pada suaminya. Itulah sosok Cinta yang kukenal selama ini. Biarpun terkadang anak itu menjengkelkan tapi sometimes juga menyenangkan.

*****

Braaaakkkk…..!!!!!!

Terdengar bunyi keras dari samping kamarku yang kerap nian sunyi.

“Who is there ?Are you crazy?”Sahutku sembari menahan amarah.

“It’s me . Your new neighbour from another country .Would you mind If I come

to your home now...Hmmmm…maybe you want to know more about me”.

“Will you?”jawabnya sembari tersenyum kecil.

Baru kali pertama aku bertemu dengan orang seaneh dan sekonyol itu. Tetangga baruku yang tidak lama lagi juga sekampus denganku. Kerap tingkahnya yang aneh entah itu di kampus atau di rumahnya membuat mulutku smakin enggan untuk bersahabat dengan Julian.

Pagi ini terasa amat cerah buatku yang slalu punya sejuta harapan yang ingin kuwujudkan.Tapi, semua asa itu hancur seketika manakala kudapati sosok Julian yang terlihat kaku dan tak kuasa lagi diri ini menahan derai air mata setelah dia menceritakan semuanya kepadaku.

*****

Hari itu senja yang dulunya merah merekah menyambut langkahku dengan riangnya. Kini, tak nampak lagi. Senja yang kurindukan telah tergantikan oleh awan hitam pekat, pekat lengkap dengan lirihnya deru angin dan kudapati nyiur melambai seolah ingin ku turut dalam senandungnya.

Cleo yang selalu menanti siapakah gerangan yang telah membisikkan lantunan-lantunan puitis dari seseorang yang selama ini tak dikenalnya. Tiba-tiba Julian hadir dengan sejuta peluh yang hendak ia ungkapkan kepadaku. Julian adalah sosok yang tak kukenal itu.

“Apa yang telah terjadi padaku?Kenapa begitu sulit keluar sepatah katapun darimulutku saat Julian menghampiriku?”pikir Cleo dalam benaknya.

Apa yang telah membuatku terdiam selama ini? Mungkin karena ku belum temukan seseorang yang kucari. Entah mengapa malam itu di depan beranda rumah, ku ingin menghampiri Julian yang tengah merenungi nasibnya sembari menemaninya walau kupikir hanya untuk sekejap saja.

“Cleo….come here!”Ajaknya.

What’re you doing Julia ?Tell me,please! Pintaku.

Come on Cleo. Come here. I will tell you about me so much.”sahutnya

Perbincangan malam itu terputus oleh waktu karena malam ternyata sudah begitu larut.

*****

“Kriiiinggg….Kriiiinggg..!!!”

Oh My God, it’s late. Mr.Johnson must be angry.”

Semalaman aku tidak bisa memejamkan mata layaknya hari-hari biasanya. Mr. Johnson memang sungguh keterlaluan. Beliau memberi assignment yang terlalu berat hingga aku harus memberikan tampilan se-perfect mungkin. Banyak di antara kami yang mengeluh karena Mr. Johnson terlalu ambil pusing kalau bicara masalah nilai. Sudah banyak mahasiswa lain yang harus mengulang mata kuliah Beliau dan mudah-mudahan itu semua tidak terjadi padaku. Apa yang harus kukatakan ke Bunda kalau seandainya Mr. Johnson menyatakan aku harus mengulang tahun depan lagi.”Oh…No, I can’t.”

Karena tergesa-gesa kumelangkahkan kaki, tanpa sengaja ku bertabrakan dengan

seorang cowok yang wajahnya tak asing lagi bagiku.Tak perlu disangsikan lagi, Julian

bakal menjadi troublemaker baru di kampus ini.

Buku-buku yang kami pegang saling berjatuhan. Tak ada satupun yang tidak tergeletak di lantai. Aku mengambil langkah seribu sebelum Julian memperlihatkan kemarahannya, maka segera kuambil buku-buku yang berserakan itu.

Tak lama kemudian, Mr. Johnson menanyakan assignment yang harus dikumpulkan minggu ini. Raut muka Mr. Johnson yang semula nampak berseri, selang berapa detik berubah dengan cepatntya. Mukanya sekarang berubah menjadi masam setelah didapati olehnya selembar puisi yang bukan milikku. Aku masih teringat kala itu Mr. Johnson membacakannya di depan semuanya dengan amat jelas.

PINK ROSE,MY CHAMPION

Pink, My Rose

The one in my heart

Pink, My Rose

The sweetest love that I have

Pink, My Rose

The one in my dream

Pink, My Rose

The truly love that I found

Pink Rose

You are my champion

June.27.1998

Love from

(Julian)

Tidak ada seorangpun yang percaya termasuk Mr.Johnson kalau aku tidak sedang menjalin kasih dengan Julian. Semua hanya kebetulan saja, buku Julian tertukar dengan punyaku saat kami bertabrakan tadi pagi. Tak kuasa lagi ku mendengar gosip yang makin hari bukan makin reda, tapi justru sebaliknya. Gosip terheboh kali ini sudah tersebar di setiap sudut kampus.

Memang peristiwa yang aneh tapi kerap ku tersenyum manakala teringat peristiwa itu. Dari apa yang menimpaku, telah mendorong diriku untuk mengenal Julian lebih dalam. Sosok pria yang menyimpan rapat sisi kehidupannya yang sebenarnya kelam sungguh.

Sore itu, Julian mengetuk pintu rumahku dengan begitu sopan.

“Cleo…Bolehkah aku masuk?sebentar saja!”Pintanya pelan.

“Ya,Silakan.”Jawabku singkat.

Waktu yang kuhabiskan untuk mendengar keluh kesah Julian sore itu terbentur oleh suara adzan. Julian sepertinya benar-benar membutuhkan teman sharing yang selama ini tak ia dapati. Barangkali aku menjadi pilihan terakhir baginya untuk mendengar ceritanya.

Biarpun begitu, dengan senang hati aku menjadi pendengar setianya. Tak akan nampak sosok Julian dari kesehariannya kalau ternyata sampai detik ini pun begitu berat cobaan yang tengah menimpa dirinya. Pekat, amat sangat pekat. Selama ini Julian berusaha menenggelamkan kisah.masa lalunya yang pahit. Fatamorgana kehidupan membuatnya tegar dan berani menghadapi hidup. Namun, jauh dari lubuk hatiku yang terdalam, aku tak akan sanggup menerima kenyataan yang menimpa Julian.

Dia mengungkapkan semua kisah hidupnya secara panjang lebar tanpa koma sedikitpun kepadaku. Latar belakang kehidupan keluarganya berlawanan denganku. Sejak kecil Julian dibesarkan dari keluarga yang berada. Namun, manakala ia menemukan cinta sejatinya telah pergi, Kasih…kini telah pergi.Julian bertemu dengan Kasih saat ia melakukan travelling ke Pulau Dewata, Bali. Bagi Julian, Kasih adalah wanita pertama yang bisa membuat Julian mengerti arti hidup yang sesungguhnya. Kisah cinta yang sempat terukir antara Kasih dan Julian tak berlangsung lama karena tidak semua kenyataan berjalan seperti apa yang kita inginkan. Rencana pertunangan Kasih dan Julian gagal karena sebuah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa Kasih dan meninggalkan Julian untuk selamanya. Masa depan yang telah mereka rajut sekian lamanya menjadi hancur seketika karena sebuah kematian. Takdir saat itu memang berkata lain. Manakala Tuhan ingin mengambil apa yang sudah menjadi milik-Nya, maka tangan siapapun tak kuasa menolaknya. Saat itulah manusia terlihat ketidakberdayaannya.

Kematian tragis, 27 Juni, sembilan tahun silam mempengaruhi jiwa dan psikologis Julian. Belum lama Kasih telah meninggalakan Julian, orang yang selama ini mengenal, mengasuh dan paling dekat dengan Julian menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya.

Untuk kedua kalinya, Julian kehilangan orang-orang yang paling ia sayangi. Ketidakadilan ini membuatnya keliru memandang Tuhan. Julian merasa Tuhan telah meninggalkannya sendiri dalam mengarungi hidup ini. Padahal segala sesuatu yang Allah berikan kepada kita, itulah bentuk kasih sayang-Nya yang harus senantiasa disyukuri dan diambil hikmahnya.

Kemarahan Julian smakin memuncak manakala ia mendengar ayah tercintanya memutuskan untuk menikah lagi. Setitik kepedihan itu menetes dan smakin membuat hatinya tersayat. Julian amat terluka parah saat itu hingga Julian berkata pada dirinya sendiri, biarkan sekarang ini ia pergi menyendiri karena ia tak sanggup lagi menerima semua kepahitan hidup dan sampai sekarang ini ia masih membenci ayahnya. Benci dan smakin benci.

Julian masih berharap pernikahan itu tidak terjadi. Tapi, pernikahan itu tetap berlangsung. Semua kenangan yang ia dapat dari ibunya membuat langkahnya untuk meninggalkan rumah smakin pasti. Padahal ia masih menginginkan tinggal lebih lama lagi di rumah masa kecilnya itu. Semua yang terjadi di masa lalu telah mengukirkan berjuta keping kenangan indah baginya. Dan kenangan itu sirna karena pernikahan itu. Julian tidak bisa menerima kenyataan pahit itu. Hingga akad nikah usai, Julian pergi meninggalkan rumah tanpa berpamitan terlebih dahulu dengan ayahnya. Waktu itu, ia merasakan kepedihan yang amat sangat pedih. Air mata yang sejujurnya belum mengering, kini keluar lagi dan membasahi pipinya.

Kasih, Bunda dan Ayah kini telah tiada. Semenjak pernikahan itu, bagi Julian, ayahnya telah tiada. Komunikasipun menjadi terputus begitu saja. Tajamnya pisau yang menusuk lebih tajam lagi sakit yang digoreskan oleh ayahnya. Apa yang diperjuangkan ayahnya bertahun-tahun silam bagi Julian semua itu tidak ada artinya. Mulai detik itu, Julian bersikukuh menganggapnya telah tiada untuk selamanya. Julian yakin suatu saat ia akan menemukan seseorang yang benar-benar mau dan bersedia memahami dirinya dengan apa adanya. Namun,ia tak tau sampai kapan semua penderitaan yang ia alami akan berakhir.

Sayup-sayup suara adzan mengingatkan Julian yang selama ini telah lama jauh meninggalkan Tuhan, kini dia mengulurkan tangannya kepadaku bersama-sama pergi ke rumah Allah sekarang juga. Karena ia tak mau terlambat untuk mendapatkan rahmat Allah. Aku dan Julian hanya bisa berdoa smoga rahmat itu sgera datang dan memberi kehidupan yang baru yang lebih bersahabat dengannya saat ini.

Adakah rahmat itu???

Aku dan Julian meyakininya.

*****

Segarnya udara pagi dengan disambut embun putih yang berderetan di atas dedaunan hijau menandakan semalam hujan gerimis. Saat kuterbangun dari mimpiku semalam, kutemukan sebuah amplop surat berwarna biru yang terselip di lantai pintu depan rumahku. Tak kuduga di dalam amplop biru itu tersimpan selembar kertas yang tergoreskan tinta dan menyampaikan padaku…

Ya Allah Ya Rabb….

Aku minta izin bila suatu saat aku jatuh cinta

Jangan biarkan cinta-Mu berkurang

Hingga membuatku lalai akan adanya Engkau

Ya Allah Ya Rabb….

Aku punya pinta bila suatu saat aku jatuh cinta

Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas

Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Ya Allah Ya Rabb….

Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta

Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu

Dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Ya Allah Ya Rabb….

Bila suatu saat aku jatuh cinta

Pertemukanlah kami

Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Ya Allah Ya Rabb….

Pintaku yang terakhir adalah seandainya aku jatuh cinta

Jangan pernah Engkau palingkan wajahmu dariku

Anugerahkanlah aku cinta-Mu

Cinta yang tak kan pupus oleh waktu

Selain bait-bait puisi di atas, Julian tidak lupa memberikan setangkai bunga mawar merah yang masih segar dan sebuah lukisan bergambar ibunya yang selama ini disimpannya. Dia berpesan agar aku menjaga baik-baik lukisan itu. Karena lukisan itu telah memancarkan smangat dan membuat Julian bisa bertahan hidup hingga sekarang.

Sebelum kepergiannya ke Amerika untuk melanjutkan studi S2-nya, Julian telah meninggalkan berjuta kenangan singkat namun sangat bermakna dalam hidupku.

Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Julian dalam bersahabat dengan kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yang istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yang dihadapi, pasti ada jalan keluarnya karena tiap-tiap kesulitan akan ada kemudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan di luar kemampuan umat-Nya.

Julian…

Aku akan menunggu uluran tanganmu kembali lagi di sisiku

Karena ku yakin tak lama lagi kita akan bertemu

Dan saat itu adalah yang terindah bagi kita berdua.

Monday.o3.Dec.2007.

Tidak ada komentar: