Senin, 25 Agustus 2008

Warsih vs Warso Bagian 05

BAG.05

Di sebuah tempat, Warso terbangun dari tidurnya

Warso : Sepertinya, Warsih benar. Kota ini memang seperti Srigala. Buas tak punya belas. Aku bukannya malas. Aku sudah berusaha keras. Keringat sudah mengucur deras. Tapi usahaku tetap saja tak berbalas. Membuat hatiku menjadi cemas. Moga-moga hari ini aku dapat pekerjaan dengan gaji yang pantas! Aku akan kumpulkan uangku dan menepati janjiku dengan membeli kalung emas. Setelah itu, baru hatiku puas...

Musik memecah panggung, pagi pun datang kembali. Orang-orang mulai beraktivitas mengejar segala. Warso terlempar-lempar. Terjatuh-mencoba bangkit tapi terjatuh lagi.

Cepat-cepat impian melesat-lesat

Cepat-cepat cahaya melesut pesat

Cepat-cepat bisa bisa kita terlambat

Cepat-cepat siapa lambat bisa sekarat

Cepat-cepat matahari kian menyengat

Cepat-cepat kulit kesat banjir keringat

Cepat-cepat beban beban semakin berat

Cepat-cepat dada sesak terikat ketat

Sebuah bunyi nan amat keras membuat mereka semakin bergerak cepat dan kacau seperti chaos, Warso terjatuh berguling-guling ke satu sudut, semua pemain keluar.

Warso : Keinginanku cuma satu, membahagiakan istriku. Tapi kota ini seperti menolakku. Ia tak ingin aku bahagia...Kata orang, hanya harapan yang bisa membuat orang bertahan. Dan hanya itu yang harus tetap kupunya. Harapan...

Seorang mandor tiba-tiba masuk panggung. Ia berteriak keras.

Mandor : Kerja...! Saatnya kita bekerja...!

Tidak ada komentar: